ASSESMENT SISWA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) & PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (IEP)

 

Sumber Foto: Dok.Untag Humas Surabaya

KABAR UNTAG

Program studi Magister Psikologi Fakultas Psikologi UNTAG Surabaya mengadakan Workshop bertajuk “Assesment Siswa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) & Penyusunan Program Pembelajaran Individual (IEP)”, Sabtu (14/12) lalu. Bertempat di Gedung Prof. Dr. H. Roeslan Abdulghani, Fakultas Psikologi mengundang pakar pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Prof. Dr. Frieda Mangunsong, M.Ed, Psikolog. Ini merupakan kali pertama bagi Prof. Frieda mengisi Workshop di Kampus Merah Putih.

Dalam pemaparannya, Prof. Frieda membagi alur penempatan pendidikan siswa berkebutuhan khusus menjadi 4 (empat), yakni Asesmen, Penempatan, Program Pembelajaran Individual (PPI) dan Evaluasi. Pada asesmen memiliki arti proses pengumpulan data guna membuat keputusan tertentu. “Gathering data itu penting agar tidak salah menyimpulkan!” tukasnya. Guru Besa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) itu juga menyebutkan, “Asesmen tidak sama dengan tes. Asesmen lebih luas dari tes, sementara tes adalah bagian dari asesmen.”

Dalam setting pendidikan, asesmen berguna untuk menyesuaikan instruksi pendidikan dengan kemampuan siswa, memantau kemajuan siswa, memodifikasi program dan meningkatkan kompetensi siswa. Sementara asesmen terhadap siswa ABK secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan, kelebihan, kekurangan serta kebutuhan anak.

Ada banyak metode asesmen yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah observasi. Dalam observasi sendiri dibagi atas dua, yaitu terstruktur dengan menggunakan panduan dan kriteria yang jelas dan spesifik atau tidak terstruktur dengan cara informal. Selain observasi, tes juga bisa digunakan untuk mengumpulkan data. Namun, dalam hal ini Prof. Frieda mengatakan adanya observasi lebih penting dibandingkan dengan alat tes. Hal tersebut, katanya, disebabkan kemungkinan melakukan kesalahan atau kurang optimal dalam menggunakan alat tes. “Jadi lebih baik menggunakan observasi,” pungkasnya.

Selain itu, recollections juga bisa digunakan untuk mengumpulkan data melalui informasi dari orang-orang yang dekat dengan siswa yang dilakukan asesmen. Bisa dengan mewawancarai atau memberi rating. Ada juga professional judgement dimana butuh bantuan profesional dari dokter, psikolog, neurolog, konselor, dan sebagainya.

Prof. Frieda juga acap kali melangsungkan tanya jawab disela-sela materinya. “Cukup menyenangkan ketika diajak diskusi, banyak yang memberikan respon. Meski memang belum banyak yang bertanya karena daritadi lebih banyak saya yang memberikan pertanyaan,” tuturnya saat diwawancara. Dalam materinya ini, ia menitikberatkan pada proses setelah pengumpulan data atau asesmen yakni penempatan dan juga pembuatan Program Pembelajaran Individual (PPI) yang langsung ia pandu. (ua)

 

www.untag-sby.ac.id


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KKN Untag Surabaya: Pembuatan Alat Biogas Portabel